20 April, 2009

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA "Averrhoa bilimbi" Oleh : Rizky Yulion Putra Sekolah tinggi ilmu farmasi padang 2007/2008

I. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan beraneka ragam flora dan fauna. Keanekaragaman ini (terutama tumbuhan) mengundang pehatian banyak orang untuk memilih jalur alternatif dalam pengobatan, mengingat terlalu banyak efek samping dari produk obat-obatan sintetis. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kecenderungan masyarakat memilih produk yang alamiah, maka semakin gencar penelitian tentang kandungan-kandungan kimia penting dalam tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan dalam pengembangan obat baru. Penelitian biasanya menggunaan metoda analisis fitokimia, dimana metoda ini membahas secara sistematis tentang berbagai senyawa kimia, terutama dari golongan senyawa organik yang tedapat dalam tumbuhan, proses biosintesis metabolisme, dan perubahan-perubahan lain yang terjadi pada senyawa kimia tersebut beserta sebaran dan fungsi biologisnya.

Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer tumuhan. Senyawa tersebut adalah golongan alkaloid, steroid, terpenoid, fenol, flavonoid, dan saponin.

Dalam uji fitokimia dapat dilakukan pemeriksaan pendahuluan terhadap senyawa aktif metabolit sekunder tersebut, sehingga potensi relatif dari masing-masing tanaman dapat diukur.

Pada masa lalu manusia juga telah mengenal pengobatan dari bahan alami, walau pengetahuan mereka tentang khasiat dari tumbuhan tersebut hanya sebatas pengalaman dan tradisi tanpa ada pembuktiannya secara klinis. Walaupun demikian pengobatan seperti ini masih digunakan sampai sekarang. Pengobatan dengan cara demikian dikenal dengan pengobatan tradisional. Pada ramuan obat tradisional bahan-bahannya berasal dari tanaman baik berupa akar, batang, daun, maupun bunga atau dapat juga berasal dari hewan dan bahan-bahan mineral.

Banyak faktor yang mempengaruhi kandungan kimia dalam tanaman, seperti kesuburan tanah tempat tumbuh (kandungan zat makanan), iklim lingkungan, waktu panen, umur, cara pengolahan dan sebagainya. Sehingga pengolahannya memerlukan perlakuan khusus, selain keseragaman dosis juga perlu adanya standarisasi agar manfaat dan keamanannya dapat diperhitungkan layaknya obat-obatan modern.

Obat-obatan tradisional dapat dogolongkan menjadi, jamu dimana khasiatnya hanya berdasarkan pengalaman tanpa adanya pengujian baik klinis maupun praklinis, herbal terstandar dimana efek farmakologinya telah melalui uji praklinis dan fitofarmaka dimana efek farmakologinya telah melalui uji klinis.






2.2.6 tinjauan botani : Averrhoa bilimbi

Kerajaan Plantae
Divisio Mliophyta
Kelas Magnoliopsida
Ordo Oxalidales
Familia Oxalidaceae
Genus Averrhoa
Species Averrhoa bilimbi


morfologi:
Pohon kecil, tinggi mencapai 10 m dengan batang yang tidak begitu besar dan mempunyai garis tengah hanya sekitar 30 cm. Ditanam sebagai pohon buah, kadang tumbuh liar dan ditemukan dari dataran rendah sampai 500 m dpi.
Pohon yang berasal dari Amerika tropis ini menghendaki tempat tumbuh tidak ternaungi dan cukup lembab. Belimbing wuluh mempunyai batang kasar berbenjol-benjol, percabangan sedikit, arahnya condong ke atas. Cabang muda berambut halus seperti beludru, warnanya coklat muda.
Daun berupa daun majemuk menyirip ganjil dengan 21-45 pasang anak daun. Anak daun bertangkai pendek, bentuknya bulat telur sampai jorong, ujung runcing, pangkal membundar, tepi rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm, warnanya hijau, permukaan bawah hijau muda. Perbungaan berupa malai, berkelompok, keluar dari batang atau percabangan yang besar, bunga kecil-kecil berbentuk bintang warnanya ungu kemerahan.
bentuk Buahnya bulat lonjong bersegi, panjang 4-6,5 ern, warnanya hijau kekuningan, bila masak berair banyak, rasanya asam. Biji bentuknya bulat telur, gepeng. Rasa buahnya asam, digunakan sebagai sirop penyegar, bahan penyedap masakan, membersihkan noda pada kain, mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan, membersihkan tangan yang kotor atau sebagai bahan obat tradisional. Perbanyakan dengan biji dan cangkok.

Nama daerah :
Limeng, selimeng, thlimeng (Aceh), selemeng (Gayo),; Asom, belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias),; balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu),; Balimbing (Lampung). calincing, balingbing (Sunda),; Balimbing wuluh (Jawa), bhalingbhing bulu (Madura).; Blingbing buloh (Bali), limbi (Bima), balimbeng (Flores),; Libi (Sawu), belerang (Sangi)

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Batuk, sariawan (stomatitis), perut sakit, gondongan (parotitis),; Rematik, batuk rejan, gusi berdarah, sariawan, sakit gigi berlubang; Jerawat, panu, tekanan darah tinggi (hipertensi), kelumpuhan,; Memperbaiki fungsi pencernaan, radang rektum.

BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, bunga, buah.

KEGUNAAN:
Bunga:
- Batuk.
- Sariawan (stomatitis)

Daun:
- Perut sakit. Gondongan (Parotitis).
- Rematik.

Buah:
- Batuk rejan.
- Gusi berdarah, sariawan.
- Sakit gigi berlubang.
- Jerawat. Panu.
- Tekanan darah tinggi.
- Kelumpuhan.
- Memperbaiki fungsi pencernaan.
- Radang rektum.

PEMAKAIAN:
Untuk minum: Lihat resep.
Pamakaian luar: Daun secukupnya setelah dicuci bersih digiling halus sampai seperti bubur, dipakai sebagal tapal (pemakaian setempat) pada gondongan, rheumatism, jerawat, panu.

CARA PEMAKAIAN:
1. Pagel linu:
1 genggam daun belimbing wuluh yang masih muda, 10 biji cengkeh, 15 biji lada, digiling halus lalu tambahkan cuka secukupnya. Lumurkan ketempat yang sakit.

2. Gondongan:
10 ranting muda belimbing wuluh berikut daunnya dan 4 butir bawang merah setelah dicuci bersih lalu ditumbuk halus. Balurkan ketempat yang sakit.

3. Batuk pada anak.
Segenggam bunga belimbing wuluh, beberapa butir adas, gula secukupnya dan air 1 cangkir, ditim selama beberapa jam. Setelah dingin disaring dengan sepotong kain, dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan malam sewaktu perut kosong.

4. Batuk:
25 kuntum bunga belimbing wuluh, 1 jari rimpang temu-giring, 1 jari kulit kayu manis, 1 jari rimpang kencur, 2 butir bawang merah, 1/4 genggam pegagan, 1/4 genggam daun saga, 1/4 genggam daun inggu, 1/4 genggam daun sendok, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 5 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring, diminum dengan madu seperlunya. Sehari 3 kali 3/4 gelas.

5. Batuk rejan:
a. 10 buah belimbing wuluh dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diremas dengan 2 sendok makan air garam, lalu disaring. Minum, lakukan 2 kali sehari.
b. Buah belimbing wuluh dibuat manisan, sehari makan 3 x 6-8 buah.

6. Rematik :
a. 100 gr daun muda belimbing wuluh, 10 biji cengkeh dan 15 biji merica dicuci lalu digiling halus, tambahkan cuka secukupnya sampai menjadi adonan seperti bubur. Oleskan adonan bubur tadi ketempat yang sakit.
b. 5 buah belimbing wuluh, 8 lembar daun kantil (Michelia champaca L.), 15 biji cengkeh, 15 butir lada hitam, dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan 2 sendok makan air jeruk nipis dan 1 sendok makan minyak kayu putih. Dipakai untuk menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit. Lakukan 2-3 kali sehari.

7. Sariawan:
a. Segenggarn bunga belimbing wuluh, gula jawa secukupnya dan 1 cangkir air direbus sampai kental. Setelah dingin disaring, dipakai untuk membersihkan mulut dan mengoles sariawan.
b. 2/3 genggam bunga belimbing wuluh, dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum, sehari 3 kali 3/4 gelas.
c. 3 buah belimbing wuluh, 3 butir bawang merah, 1 buah pala yang muda, 10 lembar daun seriawan, 3/4 sendok teh adas, 3/4 jari pulosari, dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan 3 sendok makan minyak kelapa, diperas lalu disaring. Dipakai untuk mengoles luka-luka akibat sariawan, 6-7 kali sehari.

8. Jerawat:
a. Buah belimbing wuluh secukupnya dicuci lalu ditumbuk halus, diremas dengan air garam seperlunya, untuk menggosok muka yang berjerawat. Lakukan 3 kali sehari.
b. 6 buah belimbing wuluh dan 1/2 sendok teh bubuk belerang, digiling halus lalu diremas dengan 2 sendok makan air jeruk nipis. Ramuan ini dipakai untuk menggosok dan melumas muka yang berjerawat. Lakukan 2-3 kali sehari.

9. Panu:
10 buah belimbing wuluh dicuci lalu digiling halus, tambahkan kapur sirih sebesar biji asam, diremas sampai rata. Ramuan ini dipakai untuk menggosok kulit yang terserang panu. Lakukan 2 kali sehari.


Sifat Kimiawi Dan Efek Farmakologis
Rasa asam, sejuk. Menghilangkan sakit (analgetik), memperbanyak pengeluaran empedu, anti radang, peluruh kencing, astringent.

Kandungan Kimia
Batang: Saponin, tanin, glucoside, calsium oksalat, sulfur, asam format, peroksidase.
Daun: Tanin, sulfur, asam format, peroksidase, calsium oksalat, kalium sitrat.





2.2. TINJAUN FITOKIMIA
2.2.1 ALKALOIDA
Dalam dunia medis, istilah alkaloid telah lama menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak tumbuhan. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa mineral untuk mempertahankan keseimbangan ion.
Alkaloid secara umum mengandung paling sedikit satu buah atom nitrogen yang bersifat basa dan merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Kebanyakan alkaloid berbentuk padatan kristal dengan titik lebur tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Alkaloid dapat juga berbentuk amorf atau cairan. Dewasa ini telah ribuan senyawa alkaloid yang ditemukan dan dengan berbagai variasi struktur yang unik, mulai dari yang paling sederhana sampai yang paling sulit.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan dalam biosintesis alkaloid.
Tantangan dalam penelitian di bidang alkaloid, semakin lama semakin menarik dan dengan tingkat kesukaran yang rumit. Hal ini didasarkan pada fenomena bahwa jumlah alkaloid dalam tumbuhan berada dalam kadar yang sangat sedikit (kurang dari 1%) tetapi kadar alkaloid diatas 1% juga seringkali dijumpai seperti pada kulit kina yang mengandung 10-15% alkaloid dan pada Senecio riddelii dengan kadar alkaloid hingga 18%. Selain kadar yang kecil, alkaloid juga harus diisolasi dari campuran senyawa yang rumit. Proses isolasi, pemurnian, karakterisasi, dan penentuan struktur ini membutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang tentunya memerlukan waktu yang lama untuk mendalaminya.
Tantangan berikutnya dalam penelitian setelah ditemukan senyawa alkaloid murni dan diketahui strukturnya, adalah dengan melakukan uji aktivitas biologi terutama untuk aplikasi farmakologi dan bioinsektisida. Setelah diketahui aktivitas biologinya, kemudian dilanjutkan dengan mempelajari studi molekular (uji klinis) lebih lanjut senyawa tersebut bagi organisme (terutama manusia). Seandainya alkaloid yang diteliti, memiliki kelayakan sebagai obat, maka tantangan lain bagi para peneliti adalah mensintesis senyawa tersebut, terutama untuk mencari jalur sintesis yang sederhana dan murah, sehingga dengan sintesis dapat menyediakan pasokan alternatif obat semacam itu yang sering sukar diperoleh dari sumber alam.
dalam bidang pengembangan ilmu alkaloid tidak berhenti sampai disini saja, adanya resistensi atau adanya efek ketagihan terhadap obat, menyebabkan para peneliti kembali disibukkan untuk mencari obat lain, yang salah satunya adalah dengan meneliti turunan-turunan senyawa yang berkhasiat tersebut.
Penelitian di bidang kimia alkaloid tiap tahun selalu berkembang pesat. Indonesia dengan kekayaan alamnya yang melimpah, merupakan gudang bagi tersedianya senyawa-senyawa alkaloid yang berkhasiat, yang siap untuk dieksplorasi dan dieksploitasi oleh para ilmuwan. Dalam usaha mengeksplorasi dan memanfaatkan senyawa alkaloid ini, perlu ditopang oleh paling tidak oleh tiga pihak yang berkerjasama yaitu pemerintah, dunia industri, dan para ilmuwan. Untuk itu perlu adanya kesamaan persepsi bahwa penelitian adalah investasi. Dengan kesamaan persepsi ini, diharapkan penelitian para ilmuwan tidak mentok pada tahap publikasi ilmiah saja tetapi sampai pada paten dan aplikasi langsung bagi masyarakat.
’’Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan pada Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini cukup banyak jenisnya dan terkadang memiliki struktur kimia yang sangat berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok.
Klasifikasi
Pengelompokan alkaloid biasanya didasarkan pada prekursor pembentuknya. Kebanyakan dibentuk dari asam amino seperti lisin, tirosin, triptofan, histidin dan ornitin. Sebagai contoh, nikotin dibentuk dari ornitin dan asam nikotinat.
Beberapa kelompok alkaloid disajikan dalam tulisan ini. Diantaranya adalah kelompok alkaloid benzil isoquinon, seperti: papaverin, berberin, tubokurarin dan morfin. Jenis alkaloid yang banyak terdapat pada famili Solanaceae, tergolong ke dalam kelompok alkaloid tropan, seperti: atropin, yang ditemukan pada Atropa belladona dan skopolamin. Kokain yang berasal dari tumbuhan koka, Erythroxylon coca, juga termasuk ke dalam kelompok ini, meskipun koka tidak termasuk anggota famili Solanaceae.
Alkaloid dengan struktur inti berupa indol, dikelompokkan sebagai alkaloid indol, seperti: strikhnin dan quinin yang berasa pahit dan merupakan senyawa penolak makan bagi serangga. Kelompok alkaloid pirrolizidin merupakan ester alkaloid pada genus Senecio, seperti: senecionin. Kelompok lain dari alkaloid yang berasal asam amino lisin adalah quinolizidin yang sering disebut sebagai alkaloid lupin karena banyak terdapat pada genus Lupinus. Alkaloid polihidroksi memiliki stereokimia yang mirip dengan gula, sehingga mengganggu kerja enzim glukosidase. Kelompok alkaloid polihidroksi merupakan penolak makan bagi serangga. Beberapa jenis alkaloid merupakan derivat dari asam nikotinat, purin, asam antranilat, poliasetat dan terpenes. Mereka dikelompokkan ke dalam alkaloid purin, seperti: kafein.

2.2.2 SAPONIN
Saponin adalah suatu glikosida yang mungkin ada pada banyak macam tanaman. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian-bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Fungsi dalam tumbuh-tumbuhan tidak diketahui, mungkin sebagai bentuk penyimpanan karbohidrat, atau merupakan waste product dari metabolisme tumbuh-tumbuhan. Ke-mungkinan lain adalah sebagai pelindung terhadap seranga serangga.
Sifat-sifat Saponin adalah:
1)Mempunyai rasa pahit
2)Dalam larutan air membentuk busa yang stabil
3)Menghemolisa eritrosit
4)Merupakan racun kuat untuk ikan dan amfibi
5)Membentuk persenyawaan dengan kolesterol dan hidroksi steroid lainnya
6)Sulit untuk dimurnikan dan diidentifikasi
7)Berat molekul relatif tinggi, dan analisis hanya menghasilkan formula empiris yang mendekati.

Toksisitasnya mungkin karena dapat merendahkan tegangan permukaan (surface tension). Dengan hidrolisa lengkap akan dihasilkan sapogenin (aglikon) dan karbohidrat (hexose, pentose dan saccharic acid).
Berdasarkan atas sifat kimiawinya, saponin dapat dibagi dalam dua kelompok:
1)Steroids dengan 27 C ¬ atom.
2)Triterpenoids, dengan 30 C ¬ atom.



Macam-macam saponin berbeda sekali komposisi kimiawinya, yaitu berbeda pada aglikon (sapogenin) dan juga karbohidratnya, sehingga tumbuh-tumbuhan tertentu dapat mempunyai macam-macam saponin yang berlainan, seperti:
•Quillage saponin : campuran dari 3 atau 4 saponin
•Alfalfa saponin : campuran dari paling sedikit 5 saponin
•Soy bean saponin : terdiri dari 5 fraksi yang berbeda

dalam sapogenin, atau karbohidratnya, atau dalam kedua-duanya. Kematian pada ikan, mungkin disebabkan oleh gangguan pernafasan. Ikan yang mati karena racun saponin, tidak toksik untuk manusia bila dimakan. Tidak toksiknya untuk manusia dapat diketahui dari minuman seperti bir yang busanya disebabkan oleh saponin.

Contoh glikosida lain adalah tioglikosida dan bensiltioglikosida. Bila dihidrolisa dengan enzim menghasilkan tiosianat, isotiosianat dan bensilsianat yang merupakan racun dan mempunyai sifat antitiroid. Zat-zat toksik tersebut ada pada bawang, selada air, kacang-kacangan seperti kacang tanah, kacang kedele dan juga pada macam-macam kol.

2.2.3 FLAVANOIDA
Flavanoids ditemukan di dalam tingkatan-tingkatan yang sangat tinggi di dalam buah apel, bawang-bawang dan teh. Teh Hijau (dan White teh) mempunyai kedua-duanya ditemukan untuk berisi sejumlah pengecualian dari flavanoids, karenanya mengapa mereka dianggap untuk memiliki kekayaan kesehatan promosional. Buah tomat adalah juga suatu sumber kaya dari terutama sekali flavanoids dan studi-studi terbaru sudah mengusulkan bahwa karena jumlah maksimum mempengaruhi buah tomat itu harus dimasak.
flavonoid disatukan melalui jalan kecil phenylpropanoid-acetate di dalam semua tumbuhan yang lebih tinggi. Itu bertanggung jawab atas banyak aktivitas biologi yang termasuk pigmen-pigmen, anti oksidatif atau agen-agen alergi anti, dan unsur-unsur pemberian isyarat di dalam formasi bongkol yang kecil-kecil. Beberapa di antara mereka adalah sungguh terbiasa di dalam hidup kita(kami yang sehari-hari.

2.2.4 TERPENOID
Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder. Terpena dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine).
terpenoid, kadang-kadang dikenal sebagai isoprenoids, adalah suatu besar dan kelas berbeda secara alami?tentu saja terjadi bahan-kimia organik serupa dengan terpena, yang berasal dari lima unit-unit isoprena karbon merakit dan memodifikasi di dalam ribuan jalan?cara. Yang paling adalah multicyclic struktur-struktur itu berbeda dengan satu sama lain tidak hanya di dalam golongan fungsional tetapi juga di dalam tulang;rangka-tulang;rangka karbon yang dasar mereka. Lipid-lipid ini dapat ditemukan di dalam semua kelas dari makhluk hidup, dan adalah yang paling besar kelompok terpenoid productsPlant alami(wajar digunakan secara ekstensif untuk kualitas mereka yang berbau harum. Mereka berperanan dalam jamu tradisional dan di bawah penyelidikan untuk anti bakteri, antineoplastik, dan fungsi-fungsi berkenaan dengan farmasi lain. Terpenoid berperan untuk bau harum dari pohon kayu putih, selera-selera dari kayu manis, cengkih-cengkih, dan jahe, dan warna dari bunga-bunga yang kuning. Terpenoid terkenal termasuk sitral, mentol, kapur barus, Salvinorin A di dalam tumbuhan Salvia divinorum, dan kanabinoid-kanabinoid menemukan di steroid-steroid CannabisThe dan sterol-sterol di dalam binatang-binatang secara biologic dihasilkan dari pendahuluan, tanda terpenoid. Kadang-kadang terpenoid ditambahkan kepada protein-protein, eg., untuk meningkatkan pemasangan mereka kepada selaput sel; hal ini dikenal sebagai isoprenylation.
Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat ini hampir dua puluh ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok ini merupakan derivat dari asam mevalonat atau prekursor lain yang serupa dan memiliki keragaman struktur yang sangat banyak. Struktur terpenoid merupakan satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari satu unit isopren (Tabel 2), sehingga pengelompokannya didasarkan pada jumlah unit isopren penyusunnya.
Monoterpenoid umumnya bersifat volatil dan biasanya merupakan penyusun minyak atsiri. Monoterpenoid memberikan aroma yang khas pada tumbuhan. Monoterpenoid dikelompokkan sebagai a). asiklik, contoh: geraniol, b). monosiklik, contoh: limonene dan c). bisiklik, contoh: pinene. Untuk mencegah terjadinya keracunan diri (autotoxicity), tumbuhan membentuk tempat penyimpanan khusus.

Kelompok terbesar dari terpenoid adalah sesquiterpen yang juga merupakan penyusun minyak atsiri. Contoh yang cukup dikenal dari kelompok ini adalah poligodial dan warburganal yang merupakan zat penolak makan berbagai jenis serangga.
Diterpenoid, seperti asam resin (misalnya: asam abietat) dari tumbuhan keluarga pinus-pinusan dan klerodan (misalnya: ajugarin dari tumbuhan Ajuga remota) merupakan zat penolak makan bagi serangga.
Triterpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang tersebar luas dan beragam. Perwujudan dari senyawa ini dapat berupa resin, kutin maupun semacam gabus. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah limonoid (misalnya: azadirachtin), lantaden, dan cucurbitacin (misalnya: cucurbitacin B). Azadirachtin terkenal sebagai zat penolak makan yang sangat kuat bagi serangga. Demikian juga dengan cucurbitacin.


2.2.5 Fenolik
Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol
Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang merupakan senyawa yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya, satu jenis tumbuhan mengandung beberapa macam flavonoid dan hampir setiap jenis tumbuhan memiliki profil flavonoid yang khas. Kerangka penyusun flavonoid adalah C6–C3–C6. Inti flavonoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk glikosida yang larut dalam air. Pada tumbuhan, flavonoid biasanya disimpan dalam vakuola sel.
Secara umum, flavonoid dikelompokkan lagi menjadi kelompok yang lebih kecil (sub kelompok), yaitu: (1) flavon, contoh: luteolin, (2) flavanon, contoh: naringenin, (3) flavonol, contoh: kaempferol, (4) antosianin dan (5) calkon.

Beberapa jenis flavon, flavanon dan flavonol menyerap cahaya tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan zat penolak makan bagi serangga (contoh: katecin) ataupun merupakan racun (contoh: rotenon). Rutin, yang merupakan glikosida flavonol yang tersebar di hampir semua jenis tumbuhan, juga merupakan zat penolak makan yang kuat bagi serangga polifagus, seperti Schistocerca americana. Sementara itu paseolin, dilaporkan merupakan glikosida flavonol yang paling efektif sebagai zat penolak makan bagi serangga. Pada percobaan dengan kumbang pemakan akar, Costelytra zealandica, paseolin memberikan nilai FD50 yang sangat rendah yaitu 0.03 ppm.Tanin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul antara 500 sampai dengan 20000 dalton. Pada sel tumbuhan, tanin selalu berikatan dengan protein sehingga disebut merupakan zat yang menurunkan nilai nutrisi dari jaringan tumbuhan bagi pemakannya.


III. PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk fitokimia adalah lumpang, stamfer, pipet tetes, botol 100 ml, botol 250 ml, penangas air, tabung reaksi, penjepit kayu
.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan untuk fitokimia adalah sampel bayam, pasir, kloform, kloform amoniak, asam sulfat 2N, pereaksi Mayer, aquadest, etanol, larutan besi (III) klorida, asam asetat anhidrat, asam sulfat pekat, HCL pekat, serbuk logam Mg.

3.3 Uji fitokimia
Kandungan kimia dari tumbuhan yang di peroleh, ada beberapa yang di uji langsung di lapangan, namun sebagian besar di lakukan di laboraturium.

3.3.1. Uji alkaloid dengan metoda Culvernor
Fitsgerald
4 gram sampel dihaluskan di dalam lumpang dengan menambahkan sedikit pasir kemudian tambahkan 10 ml kloform, setelah digiling halus tambahkan 10 ml kloform amoniak 0,05 N, gerus perlahan dan saring larutan dengan saringan kapas, masukan ke dalam tabung reaksi dengan pipet tetes, masukan 10 tetes asam sulfat 2 N, kocok perlahan biarkan memerah, ambil lapisan asam (bagian atas) pindahkan ke tabung reaksi lain kemudian tanbahkan beberapa tetes pereaksi mayer. Reakasi positif dengan adanya kabut putih sampai dengan gumpalan putih.


3.3.2. Uji Steroid, Terpenoid, Saponin dan senyawa
Fenol dengan metoda simes dkk.
4 gram sampel dipotong halus, didihkan dalam 25 ml etanol selama 15 menit, saring dalam keadan panas, biarkan seluruh etanol menguap sampai kering. Tambahkan kloform dan air suling (1:1) sebanyak 5 ml masing-masingnya, kocok kemudian pindahkan dalam sebuah tabung reaksi, biarkan terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan air dan lapisan kloroform. Beberapa tetes lapisan air dimasukan ke dalam plat tetes, kemudian tambahkan pereaksi besi (III) klorida. Terbentuknya warna biru menandakan senyawa fenolik. Ambil lapisan kloform dengan pipet yang berisi norit, tampung dalam plat tetes, kemudian keringkan. Tambahkan pereaksi Lieberman Bauchard (H2SO4 p + asam asetat anhidrat). Jika timbul warna merah berarti terpenoid, jika warna hijau atau biru berarti steroid. Sebagian lapisan air dikocok kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa yang permanen (selama 15 menit) menunjukan adanya saponin.


3.3.3. Uji Flavonoid dengan metoda Sianidin test
4 gram sampel dipotong halus dan didihkan dalam 25 ml etanol, saring selagi panas. Fitrat yang didapat diuapkan sampai setengahnya, kemudian tambahkan HCL pekat 0,1 ml dan serbuk mg. Adanya flavonoid ditandai dengan timbulnya warna merah.






IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. HASIL
Hasil yang diperoleh dalam pemeriksaan metabolit sekunder di laboratorium yaitu :
1. Tumbuhan Syzygium Aqueum
2. Tumbuhan Sauropus Androgynus
3. Tumbuhan Gnetum Gnemon
4. Tumbuhan Coffea Robusta
5. Tumbuhan Artocarpus Heterophyllus
6. Tumbuhan Averrhoa Bilimbi

4.2. PEMBAHASAN

Pada praktikum yang telah dilakukan, sampel yang digunakan adalah simplisia yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang diperoleh dari kuliah lapangan yang dilakukan di Malibo Anai. Sampel yang didapat dalam keadaan segar.
Hasil yang didapat pada pengujian laboratorium mengalami perbedaan dengan yang ada pada literatur. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan dan kerusakan pada reagen ataupun sampel.
Hasil yang didapatkan pada saat pengujian di laboratorium mungkin akan mendapatlan hasil yang negatif palsu. Untuk flafon negatif palsu dapat disebabkan oleh jumlah ekstrak sampelyang terlalu banyakjika dibandingkan dengan HCL pekat, sehingga menyebabkan HCL menjadi encer.pada terpen negative palsu, dapat disebabkan oleh norit yang belum aktif. Sedangkan hasil yang negatif palsu pada saponin yang seringkali ditemulan pada praktikan dapat disebabkan oleh pengeringan etanol yang tidak sempurna.
Pada alkaloid ( walaupun tidak dilaksanakan di laboratorium ) juga bisa mendapatkan hasil yang negatif palsu. Kemungkinan penyebabnya diantaranya, terjadinya kelebihan ataupun kekurangan dalam penambahan pereaksinya, atau kandungan alkaloid yang relatif sedikit yang terdapat pada sampel. Selain negatif palsu juga terdapat positif palsu pada pemeriksaan alkaloid ini. Hal ini dapat disebabkan karna adanya senyawa lain pada alkaloid yang memiliki gugus N, sehingga ia berikatandengan K2HgI4 yang terdapat pada reagen meyerdan memberikan hasil positif dengan adanya kabut putih sampai endapan putih.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kuliah lapangan yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan pengujian kandungan kimia dari tumbuhan yang diperoleh, dapat disimpulkan :
1. kuliah lapangan dapat menambah pengetahuan serta dapat menerapkan ilmu yang diperoleh pada perkuliahan
2. pengujian kandungan kimia dapat menggunakan simplisia yang segar ataupun dengan meggunakan simplesia kering.
3. tidak semua senyawa metabolit sekunder terdapat pada tiap tumbuhan, hanya beberapa saja dan tergantung pada beberapa spesies tumbuhan.
4. hasil yang diperoleh ada yang memberikan hasil yang negatif palsu ataupun positif palsu, hal ini bisa saja disebabkan oleh kesalahan pada reagen ataupun dalam mereaksikannya.
5. dari pengujian kandungan kimia yang telah dilakukan di laboratorium, umumnya pada setiap tumbuhan terdapat alkaloid dan senyawa fenolik

5.2 Saran


Berdasarkan praktikum yang dilakukan, maka disarankan untuk memilih bahan yang masih segar, karena kalau bahan yang tidak segar akan menyulitkan kita untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekundernya.
Setiap mahasiswa diwajibkan untuk memahami prosedur kerja dengan baik agar tidak terjadi kesalahan selama praktikum
Harus hati-hati dan teliti dalam mengamati warna, hasilnya, dan penambahan reagen











DAFTAR PUSTAKA

1. www.wikipedia.org / wikipedia indonesia
2. www.iptek.net / Tanaman Obat Indonesia
3. www.medical.com / penanganan tumbuhan obat
4. www.chemestry.com kimiawi
5 www.abtractofdrug.com / abstaract
6. www.rizkyyulion.wordpress.com / article
7. www.wikipedia.com/semua tentang tanaman obat (English)
8. www.tododrug.com / penggunaan obat
9. martindale 35
10. usp30

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

temukan apa yang anda cari disini